2. Ali bin Abi Thalib Semasa Kecil
Ali bin Abi Thalib adalah putra paman Rasulullah saw. Ketika Ali masih kanak-
kanak, penduduk Mekkah dilanda kelaparan. Untuk mengurangi penderitaan Abu Thalib, maka Muhammad saw memohon kepada pamannya Abbas untuk
memberikan bantuan kepada Abi Thalib. Maka diputuskanlah hal tersebut, Abbas
membantu memelihara Ja'far sedangkan Muhammad saw membantu Ali.
Sejak saat itu, Ali tumbuh menjadi remaja yang baik di bawah didikan Nabi
Muhammad saw. Nabi Muhammad saw senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada Ali. Ketika Muhammad saw diutus menjadi Nabi, Ali berumur 13 tahun. Dialah orang pertama yang masuk Islam setelah Siti Khadijah (isteri Nabi).
B. Kepribadian Ali bin Abi Thalib r.a
1. Perilaku Ali bin Abi Thalib r.a
Ali dibesarkan di rumah Nabi Muhammad saw. Walaupun masa kecil Ali bersama Nabi Muhammad saw sebelum menjadi Nabi, namun didikan Muhammad Saw kepada Ali sungguh sudah mencerminkan perilaku Islami. Nabi Muhammad saw mengajarkan untuk senantiasa berbuat baik. Misalnya, Muhammad saw men-
contohkan sikap jujur dan bertanggung jawab, selalu berkata benar (Shiddiq), tak
pernah berbohong, suka bersilaturrahmi, suka menolong sesama mereka,
memuliakan tamu dan mendukung usaha-usaha kemuliaan, mengasihi yang kecil
dan menghormati yang lebih besar dan sifat-sifat baik lainnya. Para ahli sejarah
sepakat mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw sejak kecil tidak pernah terbawa atau tergoda untuk menyembah berhala. Allah swt senantiasa menjaga Nabi Muhammad saw sejak sebelum menjadi Nabi. Dalam suasana seperti itulah Ali bin Abi Thalib hidup bersama Nabi Muhammad saw.
Setelah menerima wahyu yang pertama, Nabi Muhammad saw menyeru kepada keluarganya untuk memeluk Islam. Siti Khadijah yang senantiasa mendukung
perjuangan Nabi, tentu saja menjadi pemeluk Islam pertama. Kemudian Zaid, anak angkat Nabi Muhammad saw yang senantiasa mengantar makanan kepada Nabi Muhammad semasa berkhalwat di Gua Hira.
Ali menyaksikan dengan saksama ketika Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah melakukan shalat. Ali memperhatikannya dengan heran. Setelah Nabi selesai melakukan shalat bersama Siti Khadijah, Ali menanyakan apa yang baru saja dilihatnya. keberanian Ali tersebut, Rasulullah saw mengajaknya untuk memeluk Islam. Rasulullah menerangkan kepada Ali, "Ini adalah agama Allah yang diridhai-Nya dan telah diutus rasul-rasul sebelumku untuk menyampaikannya. Aku mengajakmu untuk beriman kepada Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan sekaligus menyembah-Nya dan ingkarilah Lata dan Uzza". Kemudian Ali yang masih kecil itu menjawab, "Apa yang Anda katakan itu suatu yang benar, karenanya sebelum aku mengambil keputusan, akan aku rundingkan dahulu dengan ayahku". Mendengar jawaban Ali demikian polosnya, Nabi berkata, "Wahai Ali jika kamu belum masuk Islam, sebaiknya dirahasiakan saja berita ini".
Malam hari setelah kejadian tersebut, Ali mendapat petunjuk dari Allah swt.
Pagi harinya ia siap menyatakan diri masuk Islam. Ali bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara aku memeluk Islam?" Rasulullah menjawab, "Ikrarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tak ada sekutu bagi-Nya sekaligus kamu lepaskan kepercayaan kepada semua berhala". Dengan mengucapkan ikrar sebagaimana disuruh Rasulullah, maka resmilah Ali bin Abi Thalib memeluk agama Islam.
2. Kedudukan Ali bin Abi Thalib Sesudah Masuk Islam
Ali termasuk anak yang cerdas dan berani. Dengan kedua sifatnya itu, walau
masih dalam usia anak-anak, ia senantiasa membela Islam dan Nabi.
Setelah turun wahyu asy-Syu'ara': 214.
وانذر عشيرتك الأقربين
Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat". (QS. asy-Syu'ara'/26:214)
Kemudian Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib untuk mendampinginya
dalam suatu perjamuan. Nabi mengundang semua kaum kerabatnya. Nabi menjamu mereka dengan sopan dan makanan yang cukup. Kemudian Nabi hendak berbicara,
namun Abu Lahab menyuruh para hadirin tersebut untuk bubar. Maka undangan pun
bubar. Rasulullah saw tetap sabar dan tidak putus asa.
Di hari yang lain Rasulullah saw mengundang mereka kembali. Ali diminta
bantuannya oleh Rasulullah saw untuk membantu menyiapkan hidangan. Setelah
menikmati hidangan, Rasulullah saw menyampaikan dakwah kepada para hadirin, yang terdiri atas kaum kerabat beliau. Isi dakwah Rasulullah saw kurang lebih sebagai berikut, "Saya tidak tahu kalau ada seorang dari bangsa Arab yang
membawakan pada kaumnya sesuatu yang lebih baik daripada yang saya bawakan kepada Anda. Saya membawakan kepada Anda satu kebaikan guna kebaikan Anda di dunia dan akhirat. Saya diperintahkan Tuhanku mengajak Anda kepada-Nya.
Siapakah di antara Anda yang mau menolongku dalam pekerjaan ini?"
Mendengar ajakan Rasulullah saw tersebut, mereka saling memandang dan
bahkan ada yang hendak segera meninggalkan tempat pertemuan tersebut. Saat itulah, Ali yang masih muda belia itu bangkit dan berucap, "Saya, wahai Rasulullah!
Saya siap menjadi penolongmu yang setia; saya berjanji akan memerangi orang
yang engkau perangi". Mendengar keberanian Ali tersebut, banyak hadirin yang senyum menyindir. Terutama senyum sindiran itu ditujukan kepada Abi Thalib, ayah Ali. Kemudian pertemuan pun bubar.
C. Keberanian Ali bin Abi Thalib r.a
Mengerjakan ibadah shalat (bukan yang lima waktu) sudah sejak kerasulan
Muhammad disyari'atkan. Setiap kali datang waktu shalat, Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah, bahkan terkadang bersama Ali datang ke suatu tempat yang terpencil untuk melaksanakan shalat. Suatu kali, kegiatan tersebut diketahui oleh Abi Thalib, ayah Ali. Beliau bertanya, baik kepada Nabi sendiri maupun kepada putranya Ali. Beliau bertanya kepada Ali, "Wahai Ali, agama apa yang kamu peluk itu?" Kemudian Ali menjawab pertanyaan ayahnya itu dengan sopan dan berani, "Ayahku, sesungguhnya aku telah beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya dan aku pun meyakini sepenuhnya segala apa yang disampaikannya aku pun telah shalat bersamanya dan mentaati semua perintah-Nya" Mendengar kemantapan, jawaban putranya tersebut, Abi Thalib berkata, "Sesungguhnya dia telah mengajakmu kepada kebaikan, karena itu berpegang teguhlah kepadanya".
1. Keberanian Ali Menghadapi Kaum Kafir Quraisy
Rasulullah saw mengadakan pengajian sebagai bahan komunikasi dan memantapkan keimanan serta berdakwah di rumah Al Arqam bin Abil Arqam Rumah
tersebut, yang kemudian dikenal dengan Daarul Arqam terletak di belakang bukit.
Shafa. Masyarakat Mekkah dan sekitarnya yang ingin datang ke sana dan ingin
bertemu dengan Rasulullah saw senantiasa dihadang oleh kaum kafir Quraisy. Hal ini sering diperhatikan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian dengan keimanannya dan keberaniannya, ia mengantar orang-orang tersebut untuk bertemu Rasulullah saw.
2. Ali bin Abi Thalib Setelah Dewasa
NggakiniSemakin dewasa, keimanan Ali bin Abi Thalib semakin mantap. Kemantapan tersebut membuatnya menjadi semakin dikenal orang. Tanggung jawab yang dipikulnya kemudian menjadi semakin berat. Beberapa ujian yang merupakan pengorbanannya untuk Islam antara lain:
Menjadi pensar Ketika sebagian umat Islam sudah berhijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy semakin marah dan memusuhi Nabi. Pada suatu hari yang telah direncanakan, kaum kafir Quraisy ingin membunuh Rasulullah saw. Mereka mengepung rumah Rasulullah saw dengan pasukan yang lengkap dengan pedang terhunus.
Di kemalaman yang kelam. Allah swt memberikan petunjuk kepada
Rasulullah saw untuk berhijrah ke Madinah bersama Abu Bakar. Rasulullah saw malam itu juga menyuruh Ali untuk tidur di tempat tidurnya. Setelah Ali bin Abi Thalib pindah ke tempat tidumya, Rasulullah saw bersama Abu Bakar pun keluar dari rumah dengan meminta perlindungan dan petunjuk dari Allah swt. Sambil membaca permulaan Surah Yasin, Rasulullah saw mengambil sejumput pasir.
Kemudian pasir tersebut ditaburkan kepada para pengepung tersebut. Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam Surah Yasin ayat 8-9:
إنا جعلنا في أعناقهم اغلا فهي إلى الأذقان فهم مقمخون. وجعلنا
من بين ايديهم سدا ومن خلفهم سدا فاغشيهم فهم لايبصرون
Artinya: "Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu
tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka,
sehingga mereka tidak dapat melihat". (QS. Yasin/36:8-9)
Kemudian Rasulullah saw beserta Abu Bakar keluar dengan tenang dan
selamat. Para pengepung baru tersadar pagi harinya. Namun begitu, mereka
masih belum merasa yakin Rasulullah saw sudah keluar rumah, karena mereka
masih melihat selimut Rasulullah saw. Ketika hari siang, maka Ali bin Abi Thalib
pun bangun. Barulah mereka merasa gagal dan tertipu
b. Hijrah ke Madinah dengan berjalan kaki
Ali bin Abi Thalib dipesan agar menyusul ke Madinah setelah
mengembalikan barang-barang yang dipinjam Rasulullah saw kepada
pemiliknya Setelah mengembalikan barang-barang tersebut, maka bersegeralah ia berhijrah ke Yatsrib (Madinah) dengan berjalan kaki.
Ditempuhnya padang pasir yang panas membara di siang hari. Di siang hari ia
lebih banyak beristirahat, dan pada malam harinya ia tempuh perjalanan dengan berlari-lari kecil. Dengan demikian, ia masih dapat berjumpa dengan Rasulullah saw, ketika beliau masih berada di Quba
Ketika diberitahukan bahwa Ali bin Abi Thalib sampai dengan selamat, maka Rasulullah saw menyuruhnya masuk. Tapi ketika diberitahukan kepada
Rasulullah saw, bahwa Ali tidak bisa berjalan karena kakinya bengkak-bengkak, maka Rasulullah saw segera mendatanginya. Kemudian Rasulullah memeluk Ali bin Abi Thalib. Kaki Ali yang luka diobati oleh Rasulullah saw dan atas izinAllah luka tersebut sembuh.
c. Peran Ali bin Abi Thalib dalam beberapa peperangan
1. Perang Badar Kubra
Perang ini terjadi pada tahun ke-2 H. Perang ini berawal dari perang tanding. Dari pihak Quraisy tampil 3 orang, yaitu Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Al Walid bin Utbah. Dari pihak kaum Muslimin, Rasulullah memerintahkan Hamzah, Ali, dan Ubaidah bin Harits. Hamzah bertarung melawan Syaibah, yang dimenangkan oleh Hamzah. Ali bertarung melawan Al Walid, yang juga dimenangkan oleh Ali. Adapun Ubaidah yang melawan Utbah, saling melukai. Kemudian Ali dan Hamzah segera membantunya, maka Utbah pun tewas. Ubaidah banyak mengeluarkan darah, sehingga ia pun wafat.
2. Perang Khandaq
Perang Khandaq merupakan perang yang menggunakan parit sebagai
pertahanan kaum Muslimin. Dalam perang Khandaq yang menarik adalah
terjadinya perang tanding antara Ali bin Abi Thalib dengan Amru bin Abdu Wudd. Amru dikenal keperkasaannya dan mendapat julukan si seribu orang ksatria. Dengan kesombongannya, ia menantang kaum muslimin untuk bertanding. Dengan sombongnya Amru menantang, "Siapa berani menghadapiku? Kalau kalian mati dalam perang akan masuk surga, sedangkan kami akan masuk neraka; siapa yang ingin masuk surga, lawanlah aku! Aku sudah haus neraka! Hayo, siapa berani?" Kemudian Aliññmenjawab dengan lantang, "Saya akan lawan kamu!" Pada awalnya Rasulullah saw melarang Ali. Namun untuk ketiga kalinya, akhirnya Rasulullah saw mengizinkan. Dengan kesombongannya Amru mengejek
Ali, sambil berkata, "Wahai Ali, bukankah masih banyak paman-pamanmu
yang perkasa? Saya tak sampai hati membunuhmu!"Dengan tegas Ali menjawab, "Tetapi aku ingin membunuhmu!" Mendengar perkataan
tersebut, Amru marah dan menyerang Ali. Namun akhirnya Amru tewas di tangan Ali bin Thalib.
d. Peran Ali bin Abi Thalib pada masa Khalifah Abu Bakar
Ketika pembai'atan Abu Bakar sebagai Khalifah, Ali dipanggil oleh Abu
Bakar. Pada waktu itu Ali bin Abi Thalib tidak ada di antara para hadirin. Setelah
Ali datang, maka dilakukan pembai'atan.
Di hari yang lain pada saat Khalifah bergegas hendak memerangi kaum
murtad di perang Dzil Qishash dan telah menaiki kudanya, Ali menasihati dan
mencegahnya. Ali bin Abi Thalib menasihati agar Khalifah tetap tinggal di
Madinah.
Ali bin Abi Thalib selalu dekat dengan Khalifah Abu Bakar dalam segala situasi. la selalu memberikan saran-saran yag baik kepada Khalifah dalam
meningkatkan pemerintahan.
e. Peran Ali bin Abi Thalib pada masa Khalifah Umar bin Khaththab
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib
senantiasa membantu. Ali membantu semua urusan Khalifah dari yang besar
sampai yang kecil. Misalnya:
1. Ali bin Abi Thalib membantu Khalifah dalam mendiktekan dan mencatat
hewan-hewan sedekah bersama Utsman bin Affan.
2. Saat terjadi pertempuran yang seru dan menegangkan di Irak dan Syam,
Khalifah hendak berangkat untuk memberi motivasi kepada kaum muslimin.
Hñal itu dicegah oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian Khalifah Umar bin Khaththab tidak jadi berangkat karena nasihat-nasihat Ali bin Abi Thalib.
Ini terbukti bahwa Ali bin Abi Thalib terlibat sampai ke urusan penting dan
ia sangat mencintai Khalifah.
3. Dalam menentukan kalender hijrah, pada masa itu kaum muslimin berselisih
pendapat. Ada yang mengusulkan kalender hijrah tersebut dihitung sejak
Nabi lahir. Ada juga yang ingin menyamakannya dengan kalender Romawi.
Kemudian Ali bin Abi Thalib mengusulkan, untuk kalender hijriyah dihitung sejak hijrahnya Nabi Muhammad saw. Hal ini disetujui oleh Khalifah Umar bin Khaththab.
f. Peran Ali pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Seperti halnya kepada khalifah terdahulu, kepada Khalifah Utsman pun Ali
senantiasa membantu dalam berbagai urusan. Utsman bin Affan adalah khalifah
ketiga setelah Nabi wafat. Beliau terkenal karena sifatnya yang lembut.
Sebenarnya calon kuat menjadi khalifah setelah Umar adalah Utsman dan Ali.
Namun karena Utsman bin Affan dianggap lebih tua, maka beliau dibai'at
menjadi khalifah.
1. Pada waktu Khalifah Utsman bin Affan menggandakan Al-Qur'an dan
membagi-bagikannya kepada empat kota yang dikuasai kaum muslimin, Ali mendukung hal itu. Ali juga membantu menjelaskan kepada kaum
muslimin yang ragu dan mengkritik khalifah serta menjelaskan kebaikan-
kebaikan langkah khalifah tersebut.
2. Ali menggagalkan rencana demonstrasi oleh kelompok yang dipimpin oleh
Muhammad bin Abu Bakar dan Muhammad bin Abu Huzaifah. Mereka
berencana mengadakan demonstrasi kepada khalifah. Mereka menganggap khalifah lemah dalam mengadakan pengawasan terhadap bawahannya. Namun dan hal yang terjadi sebenarnya. Usaha Ali bin Abi Thalib berhasil dengan baik. Ali bin Abi Thalib kemudian melaporkannya kepada Khalifah Utsman bin Affan. Khalifah sangat gembira. Selanjutnya Ali pun memberikan saran-saran lanjutan kepada khalifah dan khalifah pun menerima saran-saran tersebut.
3. Pada saat terjadi pengepungan terhadap rumah Khalifah Utsman bin Affan
oleh para pemberontak, Ali dan putranya Hasan dan Husen menjaga rumah
Khalifah. Banyak sahabat yang tak berani keluar rumah pada waktu itu.
Mereka hanya mengirimkan putra-putranya untuk ikut mengamankan rumah
khalifah. Karena para pemberontak tersebut cukup banyak dan mereka
sudah kerasukan setan, akhirnya jiwa khalifah tidak dapat diselamatkan.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jum'at tanggal 18 Zulhijah tahun 35 H.
D. Proses Pemilihan All bin Abi Thalib r.a sebagai Khalifah
1. Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah (35-40 H/656-661 M)
Setelah wafatnya Utsman bin Affan, keadaan tetap menegangkan. Kelompok-
kelompok pemberontak masih berkeliaran di Madinah. Para pemuda banyak yang
mendesak agar Ali segera menggantikan. Namun dengan tenang Ali menolak desakan tersebut. Ali bin Abi Thalib memandang, masih banyak sahabat yang dulu berjuang bersama Nabi Muhammad saw. Sahabat-sahabat tersebut antara lain
adalah Thalhah bin Ubaidillah dan Sa'ad. Mendengar hal itu, kaum muslimin segera
mengajak Ubadillah dan Sa'ad bergabung membai'at Ali bin Abi Thalib. Mereka
setuju dan terjadilah pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ke empat bagi
umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.
2, Usaha-Usaha yang Dilakukan Ali bin Abi Thalib Setelah Dilantik sebagai
Khalifah
Suasana pemerintahan dan keadaan masyarakat pada masa Ali sudah sangat
jauh berbeda dengan para pendahulunya. Maka untuk mengatasi hal ini, Khalifah
Ali bin Abi Thalib mengambil kebijaksanaan antara lain :
a. Mengganti para gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman. Semua gubernur
yang diangkat oleh Khalifah Utsman banyak yang tidak disenangi oleh kaum
muslimin. Bahkan banyak yang menganggap bahwa gubernur-gubernur itulah yang menyebabkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan pada masa khalifah. Adapun gubernur yang diangkat sebagai pengganti adalah:
- Sahl bin Hanif sebagai Gubernur Syiria.
- Utsman bin Hanif sebagai Gubernur Basrah.
- Qais bin Sa'ad sebagai Gubernur Mesir.
- Umrah bin Shihab sebagai Gubernur Kufah.
- Ubaidah bin Abbas sebagai Gubernur Yaman.
b. Menarik kembali tanah milik negara.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah, banyak pejabat yang
menguasai harta negara. Mereka diberikan berbagai fasilitas oleh Khalifah.
Banyak di antara mereka yang bergelimang harta dan bahkan suka merongrong Khalifah Utsman bin Affan. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Khalifah Ali memerintahkan semua harta yang dianggap milik negara ditarik kembali. Hal ini dilakukan untuk membersihkan pemerintahan, ...
E. Kecintaan Ali r.a pada Ilmu Pengetahuan Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, ilmu pengetahuan sangat diutamakan.
Beliau memiliki kelebihan dibandingkan dengan khalifah-khalifah yang lain. Dia adalah pemimpin yang cerdas dan gesit, perumus kebijaksanaan yang mengarah kepada kebaikan masa depan. Beliau seorang pahlawan yang gagah berani, penasihat hukum yang ulung, pemegang teguh tradisi, sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
Sejak muda Ali dikenal sebagai orang yang berani dan tangkas berperang, dia
mencintai ilmu pengetahuan. Di dalam menata pemerintahan beliau tidak lepas dari landasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dalam mengatur bidang politik, militer, dan pembangunan beliau berdasarkan ilmu pengetahuan umum, sedang bidang agama dia berlandaskan kepada Al-Qur'an dan sunnah Nabi atau hadis.
Banyak di antara mereka yang bergelimang harta dan bahkan suka merongrong Khalifah Utsman bin Affan. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Khalifah Ali memerintahkan semua harta yang dianggap milik negara ditarik kembali.
Hal ini dilakukan untuk membersihkan pemerintahan.
Beliau menganjurkan kepada muslimin untuk terus belajar dan menggali ilmu
pengetahuan, demi masa depan bangsa dan agama dan rongrongan kaum
pemberontak.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, daerah kekuasaan Islam sudah semakin luas. Banyak di antara daerah kekuasaan Islam tersebut yang tidak mengerti bahasa Arab. Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan Khalifah, karena ajaran Islam disampaikan dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, Khalifah Ali bin Abi Thalib berinisiatif untuk menyempurnakan bahasa Arab. Maka diperintahkannya Abul Aswad al Duah untuk memberikan tanda baca dan mengarang kitab pokok-pokok ilmu nakwa. Dengan demikian, kaum muslimin yang bukan berasal dari Arab mampu mempelajari Al-Qur'an dan Hadis dengan baik.
Sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya halaqah-halaqah di masjid, maka ilmu pengetahuan pun ikut berkembang. Kaum muslimin yang pandai semakin banyak. Dari sinilah muncul kaum cendekia di kalangan kaum muslimin.
Ilmu-ilmu yang berkembang dan tokoh-tokoh cendekia yang mengajarkan dan
memperkenalkan, antara lain :
1. Al-Qur'an, Hafalan, dan Bacaan (Qira'at), tokoh perintis dan yang me-
ngembangkannya antara lain : Khabbab, Abdullah bin Mas'ud.
2. Ilmu Tafsir, tokoh perintisnya antara lain : Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud,
Abdullah bin Abbas, dan Ubay bin Ka'ab.
3. Ilmu Fiqih, tokoh pengembangnya antara lain: Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan Abu Musa Al Asy'ari.
4. Ilmu Hadits, tokoh pengembangnya antara lain : Siti 'Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Anas bin Malik.
5. Ilmu Bahasa, tokoh pengembangnya antara lain: Zaid bin Tsabit.
F. Ali bin Abi Thalib ra Wafat
Perang Shiffin yang terjadi antara pasukan kaum muslimin dengan Muawiyah adalah
akar dan wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dalam perang ini Muawiyah mengajak berdamai dengan khalifah dengan mengangkat Al-Qur'an. Dengan desakan dari para sahabat, akhimya khalifah menerima ajakan damai tersebut. Maka diadakanlah gencatan
senjata.
Dalam perdamaian tersebut, mereka sepakat untuk mengadakan perundingan.
Pihak Muawiyah diwakili oleh Amr bin Ash. Sedangkan pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al Asy'ari. Dengan kelicikannya, Amr bin Ash mampu mengelabui Abu Musa Al Asy'ari.
Dalam perundingan keduanya sepakat untuk menyuruh mundur Ali dan Muawiyah dari kekhalifahan, selanjutnya khalifah akan diputuskan dari kesepakatan umat Islam. Abu Musa berpidato lebih dahulu. la menyatakan mundurnya Ali dari kursi kekhalifahan.
Kemudian naik Amr bin Ash, yang dalam pidatonya ia menyatakan persetujuannya tentang pendapat Abu Musa Al Asy'ari itu. Kemudian ia menyatakan kemunduran Muawiyah dari kekhalifahan, tapi ia juga kemudian mengukuhkan kembali Muawiyah sebagai khalifah.
Sejak peristiwa tersebut, dalam kelompok Ali bin Abi Thalib terjadi perpecahan. Ada yang menamakan kelompok "Khawarij" (artinya keluar). Mereka menganggap Ali lemah. Bahkan mereka menganggap orang-orang yang terlibat dalam perundingan (Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash) adalah kafir. Mereka bersepakat untuk membunuh ketiga orang tersebut. Namun yang berhasil terbunuh hanya Ali bin Abi Thalib Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Beliau dibunuh oleh Abdurahman bin Muljam.
Penulis: SYAIHUDDIN, S. Pd
Alamat: Kertosono Ramah, Gading-Probolinggo.
#Khalifahalibinabithalib
#AlibinabiThalib
#SKI
#Syaihuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar